Mengapa Stabilitas Finansial Menjadi Syarat Utama Sebelum Menikah

Pernikahan, yang dulu lebih dikenal sebagai kontrak ekonomi, kini mengalami pergeseran besar. Seiring berjalannya waktu, stabilitas finansial kini menjadi syarat utama bagi banyak pasangan muda sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Fenomena ini semakin terlihat jelas di kalangan generasi muda. Menurut penelitian, tidak lagi melihat pernikahan sebagai langkah pertama untuk mencapai kesuksesan Stabilitas Finansial. Tetapi sebagai langkah yang membutuhkan persiapan finansial yang matang.

Stabilitas Finansial Sebagai Prasyarat

Pernikahan dahulu kala lebih sering dianggap sebagai kontrak ekonomi, di mana pasangan menikah untuk membangun masa depan bersama secara finansial. Namun, belakangan ini, stabilitas finansial dianggap sebagai prasyarat sebelum menikah, terutama di kalangan generasi muda. Mereka menuntut agar kondisi finansial sudah mapan sebelum memutuskan untuk menikah, yang berkontribusi pada kenaikan usia pernikahan pertama. Menurut data sensus terbaru, usia median pernikahan pertama pada tahun lalu adalah 30 tahun untuk pria dan 29 tahun untuk wanita, yang meningkat signifikan dibandingkan dengan tahun 2008, yaitu 28 tahun untuk pria dan 26 tahun untuk wanita.

Pergeseran Pola Pikir Muda Dalam Stabilitas Finansial

Penurunan minat untuk menikah di usia muda ini, menurut peneliti, menunjukkan adanya pergeseran pola pikir di kalangan generasi muda. Keinginan untuk mencapai kestabilan finansial sebelum menikah membuat usia pernikahan semakin meningkat. Meski demikian, peneliti menyatakan bahwa meskipun pernikahan ditunda, mereka yang melakukannya lebih selektif dalam memilih pasangan cenderung memiliki pernikahan yang lebih stabil, yang pada gilirannya menurunkan tingkat perceraian.

Tingkat Pernikahan yang Menurun

Tingkat pernikahan di Amerika Serikat juga mengalami penurunan signifikan. Dari tahun 2008 hingga 2023, tingkat pernikahan pertama di kalangan usia 22 hingga 45 tahun menurun 9%, menjadi 60 pernikahan per 1.000 orang Amerika yang belum pernah menikah, menurut analisis dari National Center for Marriage & Family Research di Bowling Green State University. Meskipun tingkat pernikahan menurun secara keseluruhan, hal ini lebih terasa di kalangan mereka yang tidak memiliki gelar sarjana dan berada di kelompok penghasilan menengah ke bawah. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki gelar sarjana, penurunan pernikahan tidak begitu signifikan.

Kesenjangan Pendidikan dan Penghasilan

Penurunan tingkat pernikahan yang lebih tajam di kalangan mereka yang tidak memiliki pendidikan perguruan tinggi atau berada di kelompok penghasilan lebih rendah menunjukkan adanya kesenjangan sosial yang berhubungan dengan pernikahan. Mereka yang berada di kelompok penghasilan teratas dan memiliki gelar sarjana lebih cenderung untuk tetap menikah meskipun ada penurunan jumlah pernikahan secara keseluruhan. Fenomena ini mencerminkan perbedaan dalam pandangan dan prioritas yang berkembang di kalangan berbagai kelompok sosial.

Pernikahan kini bukan hanya soal cinta, tetapi juga soal kesiapan finansial. Bagi banyak pasangan muda, pernikahan semakin menjadi bagian dari perjalanan menuju kestabilan finansial yang telah mereka siapkan sebelumnya.